Siapa ?
siapa dia? gadis cantik nan belia?
mataku tertohok duri setan lewat
terpaku di belokan angkot
Tuesday, May 29, 2001
Sunday, May 27, 2001
menulis cinta
: mn
pedih mata oleh tangisan sesal mungkin sudah tak lagi perlu engkau peduli, ataukah masih? kisah-kisah kita telah terkubur dalam diary dan butiran-butiran hail musim gugur. kuning merah dedaunan rontok sebagai helai-helai asa mengukir batu nisan suatu masa.
notasi tertulis di gigi indahmu dalam senyum masih melagukan simfoni dalam nada-nada minor sedang langkah tarianku telah berhenti lama. masih pula kaumainkan musik kamar dalam sayatan lengking biola, menoreh-norehkan merah luka pada layar hitam perjalanan.
(engkau masih lincah juga memainkan jemari pada dawai-dawai nasib, dan kaulempar-lemparkan nada-nada tanpa birama tetap: merah kuning biru tak pernah mencapai ungu)
di lututku kauletakkan dagu mungilmu, dengan seuntai senyum pernah dan musik itu masih mencoba menghibur malam-malamku yang jengah sayatan dawaimu denting harpa dewa-dewa, kelepak lembaran naskah selapik cinta menggigil masih dalam badai, biarlah teruji oleh sejarah!
o, nama yang tak pernah selesai kutulis huruf-hurufnya
saat habis nanti darahku terhisap kuas sebagai tinta
saat itulah mungkin berhasil kutuliskan cinta!
yogyakarta, 20 april 2001: dini hari
[titik nol]
: mn
pedih mata oleh tangisan sesal mungkin sudah tak lagi perlu engkau peduli, ataukah masih? kisah-kisah kita telah terkubur dalam diary dan butiran-butiran hail musim gugur. kuning merah dedaunan rontok sebagai helai-helai asa mengukir batu nisan suatu masa.
notasi tertulis di gigi indahmu dalam senyum masih melagukan simfoni dalam nada-nada minor sedang langkah tarianku telah berhenti lama. masih pula kaumainkan musik kamar dalam sayatan lengking biola, menoreh-norehkan merah luka pada layar hitam perjalanan.
(engkau masih lincah juga memainkan jemari pada dawai-dawai nasib, dan kaulempar-lemparkan nada-nada tanpa birama tetap: merah kuning biru tak pernah mencapai ungu)
di lututku kauletakkan dagu mungilmu, dengan seuntai senyum pernah dan musik itu masih mencoba menghibur malam-malamku yang jengah sayatan dawaimu denting harpa dewa-dewa, kelepak lembaran naskah selapik cinta menggigil masih dalam badai, biarlah teruji oleh sejarah!
o, nama yang tak pernah selesai kutulis huruf-hurufnya
saat habis nanti darahku terhisap kuas sebagai tinta
saat itulah mungkin berhasil kutuliskan cinta!
yogyakarta, 20 april 2001: dini hari
[titik nol]
Subscribe to:
Posts (Atom)