Sunday, March 20, 2016

Satu Pagi di Situ Babakan


Satu pagi, 

Masih dalam hitungan 2 tahunmu,
Ayah mengajak kau ke tepi Situ,
Situ Babakan namanya.
Tak jauh dari rumah Oma..

Melihat roman mukamu Nak,
Sedih dan pilu hati ini..
Merasa gagal jadi ayahmu,
Merasa tak berguna memilikimu,
Engkau tak ada salah dan cela..

Ayahmu bukan manusia yang baik,
Hanya ingin berusaha lebih baik,
Ayahmu bukan manusia sempurna,
Dan selalu menikmati ketaksempurnaan..

Nak, tantangan di depanmu begitu besar,
Entah apa kami bisa menjagamu,
Apa pundak ini cukup kuat,
Apa kaki-kaki ini diberi usia,
Apakah kerentaan akan lambat menghampiri ayah..

Bulir-bulir air mata mengalir,
Nikmatnya memiliki rasa cinta,
Dada gemuruh berkecamuk,
Bersyukur atas anugerahnya..
Bisa memeluk dan mendekapmu,
Menggandeng tanganmu yang masih ragu dan takut,
Untuk berjalan sendirian..

Situ Babakan, 21 Maret 2016

Hidup itu...



Hidup...

Hidupku kawan, seperti seorang nelayan
pergi di keheningan malam, pulang dalam belaian terik mentari pagi..
tergopoh-gopoh ke pantai membawa sedikit ikan,
menawarkan dengan sisa tenaga di pelelangan,

hidup seperti ini kawan,
mengarungi samudera luas ciptaan sang Maha Kaya,
berjuang demi anak dan istri di rumah,
yang menanti rejeki baik dari kita.

indahnya berjuang itu kawan,
seperti nelayan yang perkasa,
siraman air garam pada tulang dan kulit legam hitam,
menjadi berkah ibadah,
menjadi bukti keikhlasan diri,

Kukusan, 21 Maret 2016
** foto, 18 Agustus 2015 di perairan kepulauan seribu